Aku dan Mimpiku
Oleh: Sumiati
Namaku Ratna, Aku tinggal di desa Wonogiri bersama kedua orangtua
dan Adikku Santi. Aku berasal dari keluarga sederhana, meskipun demikian Aku
tidak pernah mengeluh dengan keadaan keluargku saat ini. Aku tetap bersemangat sekolah
agar kelak Aku menjadi orang sukses. Aku yakin suatu saat nanti Aku bisa
menjadi orang sukses dan akan membahagiakan kedua orangtuaku dan Adikku.
Seperti biasa setelah Aku solat Subuh Aku membantu Ibu membuat kue untuk dijual
ke warung-warung.
“Bu, kuenya sudah selesai dibuat hanya tinggal dikukus, saya mau
mandi dulu.” kata Ratna.
“Ya sudah kamu mandi saja
nanti biar Ibu sendiri yang mengukusnya, oh iya... kamu nanti harus mengantar
pesanan ke warung Bu Murti.” Sahut Ibu.
“Iya bu.” Lanjut Ratna.
Setelah
bersip-siap untuk berangkat sekolah aku berpamitan dengan Ayah dan Ibu.
“Bu, Pak Ratna berangkat
sekolah dulu Assalamu’alaikum” Ibu menjawab “Walaikumsalam.” lalu disambung
Bapak “Hati-hati dijalan dan jangan pulang terlambat.” “OK deh.”
Ditengah
perjalanan kesekolah aku mengantar kue pesanan Bu Murti.
“Permisi Bu ini kue pesanan
Ibu.” Panggil Ratna sambil memberikan kue itu.
“ohh iya.... Ratna ini
uangnya.” Sahut Ibu Murti sambil memberikan uang.
“terima kasih Bu saya
permisi dulu nanti telat lagi kesekolahnya.”
Sesampai
disekolah aku agak telat jadi aku diberi peringatan deh sama Pak Satpam.
“Pak, Pak, Pak tunggu dulu
saya mau masuk!” Aku sambil berlari lari.
“Ya ampun neng, tapi neng kan sudah telat jadi neng tidak boleh
masuk kedalam.”
“Pak tolong sekaliiii aja
pak, lain kali saya gak bakalan telat lagi kok, Bapak kan tau sendiri saya ini
belum pernah telat sebelumnya jadi, boleh ya saya masuk?” pintaku sambil
memohon.
“ehmmm,, ya sudah kamu boleh
masuk tapi besok kalau telat lagi kamu tidak bokeh masuk.” Jawab Pak satpam.
“OK makasih Pak.”
*****
Aku bisa sekolah di SMA Tunas Bangsa ini karena Aku mendapat
beasiswa, Aku diberikan beasiswa ini karena Aku selalu mendapat peringkat 1
sewaktu Aku masih SMP. Aku sangat senang karena aku bisa melanjutkan sekolah
apalagi di SMA faforit seperti SMA Tunas Bangsa. Tetapi tetap saja aku tidak
mempunyai banyak teman karena aku hanya anak orang miskin yang tak pastas
sekolah disini. Aku hanya mempunya beberapa teman dan dua orang sahabat yang
bernama Shinta dan Rina. Laura dan teman-temannya adalah anak yang tidak suka
dengan Aku dan mereka selalu berusaha untuk mempermalukan Aku didepan
tema-teman. Hari ini ada PR Matematika, seperti biasa Laura dan teman-temannya
menyuruhku untuk mengerjakan PR mereka.
“Hehhh,,, cewek kampung
kerjain PR Gue!” Laura sambil melotot matanya.
“Iya,sekalian PR kita
juga!”teman-temannya ikut menyahut.
“Tapi Laura ini PRnya banyak banget Aku gak bisa
mengerjakan semuanya,” jawabku.
“Aduh.... gak usah pakek alesan deh pokoknya loe harus kerjain
semua PR kita kalo gak Gue bakal ngerjain loe!” sahut Laura sambil memegang
tanganku dengan keras.
“Ehmm, ya udah iya deh Aku
kerjain.”jawabku kemudian.
“Nahh gitu dong, dari tadi kenapa kalau gitu kan Gue gak bakal
narik tangan Loe.” Lanjut Laura.
Bel pulang sekolah sudah berbunyi semua siswa berhamburan keluar
dari sekolah. Shinta dan Rina menghampiri Ratna.
“Rat, kamu langsung pulang
aja nih??” panggil Rani sambil mengejarku.
“Iya, kalian sendiri juga
lansung pulang kan?” jawabku.
“Ehmm, kita sih mau mampir ketoko buku dulu, soalnya kita mau beli
novel yang baru terbit minggu ini kamu mau ikut gak?” ajak Shinta.
“Lain kali aja deh, Bapak
tadi pesennya Aku harus pulang cepet makasih udah ngajakin aku tapi, Aku harus
pulang tepat waktu.” Lanjutku dengan nada menyesal.
“Ya udah deh kita duluan
ya?”
“Iya, tapi hati-hati entar diculik orang lagi.”
Jawabku sambil menakuti mereka.
“Kamu pikir kita anak kecil
apa, ada-ada aja kamu Rat,?” mereka malah tertawa.
“siapa tau penculiknya
naksir sama kalian terus kalian diculik, hahahaaaaa” mereka bertiga tertawa
ngakak.
Sesampai dirumah Aku makan siang dan membantu ibu membuat keripik
singkong dan keripik pisang.
“Bu besok ini mau dijual
kemana?” tanyaku pada Ibu.
“Diantar aja diwarung-warung
dekat sini.” Jawab Ibu.
“Ehmm kalau boleh Aku mau bawa kesekolah besok Buk?” pintaku.
”Memangnya kamu tidak malu sama teman-temanmu jika membawa barang
dagangan kesekolah?”
“Kenapa harus malu, toh
Ratna hanya ingin menawarkan jajan kepada mereka siapa tau mereka suka, kan
keripik buatan ibu paling enak.”
“Kamu bisa saja bikin Ibu
senang, ya sudah terserah kamu saja.”
*****
Bel istirahat berbunyi banyak
siswa berlarian menuju kantin tapi sebagian juga masih ada didalam kelas
ini kesempatan untuk ku menawarkan keripik ini kepada mereka.
“Hei teman-teman ada yang
mau beli keripik gak?” Aku menawarkan pada teman-teman.
“Keripik apa?” sebagian
siswa menyahut.
“Ada keripik singkong dan
keripik pisang, satu bungkus seribu kok.”
“Boleh juga tuh, Gue ambil
dua ya?” Farah memberikan uang padaku.
“Oke!”jawabku sambil
memberikan keripiknya.
Kemudian teman-teman yang lain juga mulai
membeli keripiknya. Teman-teman yang mulai memakan keripik buatan mama Ratna
memberi komentar kalau keripiknya gurih dan enak mereka jadi ketagihan.
“Rat, keripiknya enak lho
besok bawa yang lebih banyak ya?” kata Farah.
“Yang bener Far, makasih kamu udah bilang kalau keripik ini enak
besok aku akan bawa yang lebih banyak lagi.”
“Yahh.... kita nggak dapat keripiknya nih Rin, udah dihabisin
teman-teman?” keluh Shinta.
“Iya nih, padahal kita kan pengen cobain keripiknya Ratna.” kata
Rina.
“Maaf ya Rin, Shin besok aku pasti sisain buat kalian gratis deh,
tapi satu aja ya?” jawabku.
“Yahhh, masak cuma satu sih, tapi gak papa deh daripada enggak.”
Lanjut Shinta.
“Ohh ya, kita kan harus keperpustakaan cari buku Sosiologi untuk
tugas kita?” kata Rina mengingatkan.
“Kamu benar Rin kita harus cari buku Sosiologi, langsung saja kita
keperpustakaan.” Mereka bertiga segera menuju perpustakaan.
*****
Keesokan harinya ketika Aku mau berangkat sekolah adikku meminta
uang kepada ibu untuk membeli buku tetapi ibuku tidak mempunyai uang yang cukup
untuk membeli bukunya Santi.
“Ibu, guru menyuruhku agar membeli buku karena kalau aku tidak
punya buku aku akan tertinggal sendiri dalam belajar.” Ucap Santi sambil
ragu-ragu.
“Memangnya harga bukunya berapa?” tanya ibu kemudian.
“Dua puluh lima ribu Bu.” Jawab Santi.
“Ibu Cuma punya dua puluh ribu San, sisanya besok ya, Ibu janji
besok akan memberikannya sama kamu.” Jawab Ibu meyakinkan Santi.
“Tapi hari ini ada pelajarannya Bu? Kalau aku tidak punya buku aku
akan tertinggal lagi.” Keluh Santi.
“Memangnya kurang berapa San uangnya?” sahut Ratna yang baru keluar
dari kamar.
“Kurang lima ribu kak.” Jawab Santi.
“Kakak ada uang ini, kamu pakai aja.” Ratna sambil memberikan
uangnya.
“Tapiii, kakak bagaimana?” tanya adiknya.
“Kakak belum membutuhkan uang itu jadi kamu pakai saja.” jawab Ratna.
“Makasih kak, aku janji aku akan belajar dengan sungguh-sungguh.”
Ucap Santi.
Santi
langsung bergegas kesekolah dan membeli buku, begitu juga dengan Aku sedangkan
Ibu mengantarkan kue kewarung-warung.
Hari ini ada pelajaran Matematika yang gurunya terkenal galak kalau
ada siswa yang ketahuan menyontek ketika sedang ujian Pak Mamad langsung
mengambil kertas ulangannya dan nilainya dianggap nol. Jadi mau gak mau siswa
harus berjuang sendiri tanpa ada yang menyontek. Jam menunjukkan pukul 07.35
Pak Mamad masuk ke kelas kami.
“Pagi anak-anak! Hari ini kata ujian Matematika jadi, siapkan
kertas selembar dan pena.” Pak Mamad duduk sambil mengeluarkan soal.
“Yahh..... Bapak gimana sih kok gak bilang-bilang kalau mau ujian
kita kan belum belajar?” keluh siswa.
“Itu masalah kalian siapa suruh tidak belajar! Belajar kok kalau
cuma mau ujian aja.” Jawab Pak Mamad tanpa peduli kemudian membagi kertas
ujian.
“Berapa soalnya Pak?” tanya siswa lain.
“Enam soal dimulai dari sekarang dan waktunya hanya tiga puluh menit!”
Pak Mamad sambil melirik jam tangannya.
Ditengah mengerjakan Ujian Laura menarik kertas Ujianku lalun kami
menimbulkan keributan dan Pak Mamad langsung menghampiri kami.
“Ada apa ini ribut-ribut?” Pak Mamad bertanya sambil mengeraskan
suaranya.
“Ini Pak masa Ratna mau mengambil kertas Ujianku.” Jawab Laura
menuduhku.
“Bukan begitu Pak,
sebenarnya Laura lah yang mau mengambil kertas saya.” Aku membela diri.
“Bohong Pak, Anisa saksinya kalau Bapak gak percaya tanya aja sama
Anisa.” Laura sambil melirik Anisa.
“Eehh, iya Pak Laura benar
saya lihat sendiri kalau Ratna mau mengambil kertasnya Laura.” ucap Anisa.
“Sekarang kamu keluar dan hari ini nilai Ujian kamu saya anggap
kosong!” Pak Mamad membentakku.
“Tapi Pak, saya tidak bohong.” jawabku terbata-bata.
“Keluar sekarang juga!!!” Pak Mamad mengusirku.
Aku
tidak bisa berkata apa-apa lagi Laura memang paling pintar jika memutar
balikkan fakta Aku hanya bisa menangis. Walaupun hari ini aku tidak mendapat
nilai tetapi untuk kedepannya Aku harus lebih berhati-hati dengan Laura agar
Aku tidak menddapat nilai nol kembali.
*****
Beberapa bulan setelah kejadian itu semua siswa harus mengikuti
privat disekolah untuk menghadapi persiapan Ujian Nasional. Hari ini, tepat
hari Ujian Nasional dan Aku merasa kawatir tapi Aku yakin jika Aku akan
berhasil dalam Ujian Nasional itu. Setelah selesai mengikuti Ujian Nasional Aku
merasa lega karena dapat mengikutinya hingga akhir dengan baik. Aku berharap
nilai Ujianku bagus agar Aku bisa kuliah kesebuah Universitas Negeri tanpa Tes.
Tetapi sebelum nilai Ujian keluar Aku dikejutkan oleh Kepala Sekolah karena
pihak sekolah memberitahukan padaku jika Aku diterima diUniversitas Negeri
Yogyakarta tanpa tes, ketika Aku mengikuti Tes pada waktu itu Aku tidak pernah
menyangka jika Aku akan diterima di Universitas Negeri Yogyakarta. Impianku agar
Aku bisa kuliah kini menjadi nyata dan mimpiku akan menjadi kenyataan, semoga
setelah Aku kuliah dan diwisuda aku dapat segera bekerja agar Aku bisa
meringankan beban orangtuaku serta membahagiakan Adikku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar